Text
Serat Dewa Ruci
Ditulis berdasar rontal Sanghyang Nawaruci oleh Mpu Siwamürti menjelang akhir Kerajaan Majapahit. Sebuah naskah berbahasa Jawa Kawi Akhir, yang menuturkan pencarian Raden Werkudara akan kesejatian hidup sehingga mendapat anugerah bertemu Sanghyang Nawaruci di tengah samudera. Satu perwujudan Sanghyang Acintya pranesa, Tuhan Tak Tergambarkan yang Memiliki Kehendak Tertinggi. Juga berdasar kisah tutur perjalanan hidup Syekh Malaya Kusuma (Kangjêng Susuhunan Ing Kalijaga) ketika bertemu Kangjêng Nabi Khidir di tengah samudra sehingga dari pertemuan tersebut Syekh Malaya Kusuma mendapat mukasyafah atau penyingkapan hijab yang luar biasa, maka Raden Ngabehi Yasadipura I, dibantu sepenuhnya oleh putranya Raden Ngabehi Yasadipura II, mereka berdua adalah para pujangga agung Kasunanan Surakarta, menggubah kisah kuno rontal Sanghyang Nawaruci dan kisah tutur Syekh Malayakusuma dalam satu naskah berbahasa Jawa Anyar (Baru) yang diberi judul: Sêrat Bima Suci atau Sêrat Dewaruci.
Naskah yang ditulis dalam bentuk têmbang gêdhe, yaitu tembang yang aturan pembuatannya menyerupai pembuatan kakawin masa Jawa Kuno—dengan apik menuturkan perjalanan spiritual Raden Wrêkudara ketika mencari Tirta Pawitrasari (air yang dapat mensucikan jiwa raga) atas petunjuk Dhangnyang Druna yang bermaksud menyesatkannya. Di tengah samudera raya Raden Wrêkudara menjumpai sosok manusia bajang (kecil) yang memiliki perwujudan tak ubahnya seperti dirinya sendiri. Sosok itulah Sang Dewaruci. Dia sebenarnya adalah perwujudan dari Suksma Sêjati (Ruh) Raden Wrêkudara.
Tidak tersedia versi lain