Text
Percakapan Burung-Burung Dan Cerita Lain
Lima cerita pendek dalam buku ini setara dengan dua puluh lima cerpen yang lahir dari tradisi cerpen koran. Panjang, jernih, dan dalam. -Damhuri Muhammad
Tiba-tiba, menyeruak dalam diriku satu kesadaran tekad. Entah dari mana datangnya.
“Nenekku sudah tahu aku suka burung-burung. Aku sudah bilang padanya kalau aku nanti sekolah aku akan belajar bahasa burung. Aku nanti akan belajar dengan sangat tekun sekali. Kalau sudah besar nanti, orang akan melihat bagaimana aku bicara dengan burung-burung.”
Si nenek terperangah mendengar ceritaku ini. Tapi tampaknya, sebagian dari ungkapan wajahnya itu hanya dibuat-buat saja. Dikiranya aku masih anak kecil, tertipu dengan mimik buatan seperti itu.
“Kau ingin belajar bahasa burung? Pak guru pasti akan menertawaimu sekuat tenaga. Siapa yang mengatakan ‘bahasa burung’ itu pelajaran sekolah? Pasti nenekmu juga, kan?”
Seluruh wajahku terasa panas.
“Tapi kata nenekku orang-orang di kota pintar-pintar. Mereka bisa membuat listrik, membuat mesin-mesin....”
Ia banting sapunya ke tanah.
Dipikirnya itu membuatku takut.
Burung-burung yang berkisar-kisar di atas kepalaku ini, mereka tahu siapa yang benar di antara kami.
Tidak tersedia versi lain