Text
Malam Terakhir
Leila S. Chudori bukanlah nama yang asing dalam dunia sastra Indonesia. Sejak usia 11 tahun, saat masih duduk di kelas V SD, ia telah mempublikasikan karyanya di majalah. Cerpen pertamanya yang berjudul “Pesan Sebatang Pohon Pisang” dimuat di majalah anak-anak Si Kuncung (1973). Sejak itulah, ia memulai karir menulisnya dan melahirkan karya-karyanya.
Cerpen yang lahir kemudian dimuat di majalah-majalah remaja saat itu, seperti majalah Kawanku, Hai, dan Gadis. Cukup banyak cerpennya yang dimuat dan nama Leila S. Chudori menjadi sangat akrab bagi pembacanya. Selain cerpen, ia juga menulis cerita bersambung (cerber). Pada saat masih remaja, Leila sudah menghasilkan beberapa buku kumpulan cerpen, seperti Sebuah Kejutan, Empat Pemuda Kecil, dan Seputih Hati Andra.
Kumpulan cerpen Malam Terakhir berisi sembilan buah cerpen, yang masing-masing berjudul, “Paris”, “Adila”, “Air Suci Sita", “Sehelai Pakaian Hitam”, “Untuk Bapak”, “Keats”, “Ilona”, “Sepasang Mata Menatap Rain”, dan “Malam Terakhir. Menurut H.B. Jassin, buku Malam Terakhir itu banyak memuat idiom dan metafora baru, di samping pandangan falsafi yang baru, karena cara pengungkapannya yang baru. Sekalipun bermain dalam khayalan, lukisan-lukisannya sangat kasat mata. Buku Malam Terakhir juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dengan judul Die Letzte Nacht oleh Horlemann Verlag.
Deskripsi Produk
Malam Terakhir merupakan buku kumpulan cerpen yang sebenarnya telah diterbitkan pertama kali pada tahun 1989. Dalam edisi terbitan Januari 2017 yang aku baca, terdapat 9 cerita pendek dalam buku kumpulan cerpen ini. Fakta bahwa cerpen-cerpen dalam buku ini seolah tidak lekang oleh waktu adalah hal yang luar biasa. Dari 9 cerpen yang ada, tidak ada cerpen yang terkesan kuno atau ketinggalan zaman.
Tidak tersedia versi lain