Text
Senandung Talijiwo
Ternyata mencintai bukanlah cara untuk berbahagia. Mencintai tak lain cuma percobaan-percobaan kecil untuk melukai diri agar kelak tabah menghadapi luka-luka yang lebih besar, Kekasih. Cinta bertanya "apa kabar?" kepada benci. Dan, sebaliknya. Setiap saat. Sampai kita tak bisa lagi membedakan, sejatinya siapa yang sedang bertanya kepada siapa, Kekasih.
***
Manusia harus saling mengingatkan kepada kebaikan karena hutan, gunung, sawah, dan lautan hanya bisa mengingatkan kita kepada mantan. Demi itu buku ini ada. Aku mau mengajakmu duduk sebagai teman ngobrol. Sedang tren manusia tak butuh pasangan sesama insan. Ketimbang nanti berantem, ketimbang nanti saling melapor polisi, mending berumah tangga dengan hewan saja. Di beberapa negara Eropa, seperti Inggris, musim itu telah lama tiba.
Banyak jalan menuju Roma, tapi setiap jalan menuju takdir. Saat dipamiti adik atau anak ke sekolah, kita menjelma sebagai kakak atau orang tua. Bertemu teman kuliah atau sejawat kantor, mendadak kita menjadi sohib atau saingan. Sepernano detik yang lalu, kamu kekasihnya, dan sekarang sudah menjadi mantannya. Begitulah hidup, selalu bergerak seperti kisah-kisah Talijiwo yang hendak aku obrolkan kepadamu. Aku akan mendengarmu. Dengar aku juga. Siapa tahu setiap kata yang diobrolkan mengandung senandung untuk kita nyanyikan berdua. Please, tak perlu lagi keluh kesah itu. Hidup hanya mengolah keluhan menjadi senandung.
Tidak tersedia versi lain