Text
Sepasang Kekasih Yang Belum Bertemu
Novel ini adalah buku ke-5 yang ditulis Boy Candra. Penulis menggunakan sudut pandang orang pertama, di mana ‘aku’ adalah dirinya sendiri (Boy Candra). Tapi cerita yang ada di sini murni fiksi, bukan kisah asli si penulis. Ketika menyimak novel ini, apa yang ada di sini adalah seperti curahan hatinya Boy yang benar-benar ditujukan kepada pembaca. Anggap saja bahwa si pembaca adalah Wulan Sari. Seperti seorang ayah yang sedang membacakan dongeng atau mengisahkan cerita cintanya dulu kepada anaknya.
Di awal, Boy membahas sekilas perihal cinta masa lalunya, lalu dilanjutkan dengan bagaimana perkembangan perasaannya dan kelanjutan hubungannya bersama Wulan Sari. Boy bercerita kalau dulu dia punya pacar yang beda keyakinan tapi terpaksa putus karena alasan tertentu. Konflik dalam cerita ini adalah ketahanan hubungan Boy dan Wulan akibat LDR. Boy tinggal di Padang, sudah lulus kuliah dan kini berprofesi sebagai penulis. Sedangkan Wulan masih jadi mahasiswi tingkat akhir yang tinggal di Medan. Jarak inilah yang membuat mereka menjalin hubungan jarak jauh. Bagaimana mereka bisa mempertahankan hubungan cinta mereka? Ataukah mereka harus merelakan kisah mereka kandas dan memilih orang lain menjadi kekasih?
Novel ini direkomendasikan untuk pembaca yang menyukai genre drama, romans.
Sinopsis Buku
"Ada banyak hal yang tak pernah kuceritakan kepadamu, perihal betapa sakitnya masa lalu yang pernah singgah di dada. Bukan karena apa-apa, bagiku menceritakan masa lalu hanyalah akan membuatmu merasa aku masih berharap padanya. Padahal tidak. Semenjak memilih untuk menjadi bagian dari hidupmu, aku sudah mengikhlaskan dia selamanya. Meski kami berakhir bukan karena ingin aku dan dia. Namun, ada hal yang tak dapat kami tembus. Nanti akan kuceritakan perihal itu kepadamu, nanti pasti akan kuceritakan.
Kali ini aku hanya ingin meyakinkan kamu lagi, bahwa cinta kita memang tak pernah salah. Meski tak banyak orang yang bisa menjalani hubungan begini. Namun, kepadamu, Wulan Sari, aku telah jatuh hati sedalam ini. Dan, aku ingin kamu menjaga hatiku yang jatuh agar tumbuh dan utuh bersama hatimu."
“Bagaimana mungkin kamu bisa menyebutnya cinta, padahal kalian belum pernah bertemu?” Pertanyaan itu memang tak pernah bisa kujawab kepada teman-temanku. Namun, tahukah kamu, sungguh aku ingin meneriakkan ke telinga mereka. “kalian terlalu sempit mengartikan cinta.” Mereka terlalu sempit mengartikan apa yang kita rasa.
Tidak tersedia versi lain