Text
Serat Centhini 6
Serat Centhini (dalam aksara Jawa:ꦱꦼꦫꦠ꧀ꦕꦼꦟ꧀ꦛꦶꦤꦶ), atau juga disebut Suluk Tambanglaras atau Suluk Tambangraras-Amongraga, merupakan salah satu karya sastra terbesar dalam kesusastraan Jawa Baru. Serat Centhini menghimpun segala macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Jawa, agar tak punah dan tetap lestari sepanjang waktu.
Buku ini adalah bentuk novelisasi Serat Centhini jilid 6 dari 12 jilid. Serat Centhini adalah naskah sastra Jawa yang istimewa, meliputi sejarah, pendidikan, geografi, arsitektur, pengetahuan alam, filsafat, agama, tasawuf, klenik, ramalan, sulap, kesaktian, perlambang, adat istiadat, tata upacara tradisi, etika, psikologi, flora dan fauna, obat-obatan, makanan, seni, dan lain-lain, bahkan sampai pada pengetahuan tentang senggama.
Buku ini ditulis oleh Agus Wahyudi, ia lahir di Yogyakarta tahun 1973. Menekuni kajian budaya, sastra, dan tasawuf Jawa sesuai panggilan sekaligus bentuk pengembangan ilmu yang telah dipelajarinya. Dasar ilmu tasawuf ia dapatkan dari KH Hamdani BDZ Pengasuh PP Raudhatul Muttaqien Sleman. Sementara dasar ilmu budaya dan sastra ia kuliah di Jurusan Sastra Asia Barat UGM dan Magister Ilmu Sastra Fakultas Ilmu Budaya UGM .
Sinopsis
Akhirnya Syekh Amongraga dan Niken Tambangraras sah menjadi suami-istri. Pada malam pertama, mereka tidak melakukan hubungan suami istri sebagaimana umumnya. Semalaman Syekh Amongraga memberi wejangan kepada istrinya tentang masalah shalat. Sementara Centhini (pembantu mereka) ikut mendengarkan wejangan itu dari balik pintu. Pagi harinya setelah menyantap hidangan bersama-sama dengan keluarga dan para santri, Ki Bayi Panurta meminta Syekh Amongraga menerangkan makna Kitab Ibnu Kajar. Syarah Syekh Amongraga membuat semua yang hadir yang selama ini dimabuk dunia itu menunduk dalam-dalam. Mereka merasa takut karena sudah tahu syariat namun masih suka melanggarnya.
Malam kedua, Syekh Amongraga kembali memberikan pelajaran agama kepada istrinya. Centhini pun ikut mendengarkan wejangan itu dari balik pintu. Hari berikutnya (sore hari) pengantin diboyong ke rumah adik bungsu istrinya yang bernama Jayengraga. Dan malam harinya, Syekh Amongraga kembali memberi wejangan kepada istrinya seperti pada malam sebelumnya.
Tidak tersedia versi lain